PENAFSIRAN IHSĀN DALAM AL QUR’AN
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir Ayat Sosial Kemasyarakatan
Dosen Pengampu :
Abdullah Mubarak, Lc
Oleh
:
Amilatus Sa’adah
NIM: 2012. 01. 01. 070
‘Azzah Nurin Taufiqotuzzahro’
NIM: 2012. 01. 01. 058
PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG REMBANG
2014
PENAFSIRAN IHSĀN DALAM AL QUR’AN
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir Ayat Sosial Kemasyarakatan
Dosen Pengampu :
Abdullah Mubarak, Lc
Oleh :
Amilatus Sa’adah
NIM: 2012. 01. 01. 070
‘Azzah Nurin Taufiqotuzzahro’
NIM: 2012. 01. 01. 058
PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG REMBANG
2014
PENAFSIRAN IHSĀN DALAM AL QUR’AN
Oleh :
1.
Amilatus Sa’adah
2.
‘Azzah Nurin Taufiqotuzzahro’
I.
Pendahuluan
Al Qur’an adalah mu’jizat Islam yang kekal yang selalu diperkuat
oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al Qur’an diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju suasana yang terang, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus. Kandungan al Qur’an mencakup berbagai
macam aspek kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat, seperti keanekaragaman
sifat yang dimiliki oleh manusia, adakalanya baik dan buruk. Bahkan, tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa al Qur’an merupakan buku pertama yang
memperkenalkan hukum-hukum kemasyarakatan, seperti halnya ihsān.
Seringkali manusia tidak memahami apakah ia
sedang melakukan ihsān, al khoir, al birr, atau al ma’ruf. Mereka lebih mangacuhkan apa yang mereka perbuat.
Melainkan mereka hanya berfikir bahwa telah berbuat baik terhadap sesame tanpa
tahu apakah mereka berbuat ihsān maupun yang lain. Namun, dalam makalah ini
lebih ditekankan dalam memhas ihsān.
Dalam realita kehidupan, sifat ihsān sangat diperlukan karena manusia merupakan makhluk sosial yang tak bisa
hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Pengaplikasian ihsān dapat dilakukan seperti halnya ketika anak harus berbuat baik kepada
orang tua atau seseorang yang harus berbuat baik kepada orang lain dalam
lingkup tidak melanggar syariat. Hal tersebut menjadi sorotan dalam
berkehidupan dikarenakan sikap tersebut mempengaruhi keribadian seseorang.
Ketika seseorang telah melaksanakannya, maka banyak hal yang akan didapat oleh
seseorang tersebut, baik balasan itu dari sesame manusia maupun Allah. Allah
juga telah menjanjikan balasan bagi orang yang berbuat ihsān, baik balasan
berupa di dunia maupun di akhirat. Maka, ini menjadi penting untuk
dikaji, karena untuk mengaplikasikan sifat ihsān itu sendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam makalah ini, akan
dibahas tentang pengertian ihsān, penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat,
serta balasan bagi orang yang berbuat ihsān
II.
Pengertian Ihsān dalam Al Qur’an
A.
Definisi Ihsān
Al khoir, al birr, al ma’ruf, dan ihsān adalah kata berbahasa arab yang mempunyai makna
yang sama yaitu baik atau kebaikan. Al birr adalah pecahan
dari al barr yang memiliki arti kelapangan dalam mengerjakan kebaikan. Dengan
demikian kata al birr mencakup dua arti, pertama pekerjaan hati seperti keyakinan serta
niat yang suci. Kedua, pekerjaan anggota badan seperti ibadah kepada Allahdan
berinfaq. Al ma’ruf adalah suatu yang dikenali baik (kebaikan) banyak
yang mengartikan bahwa al ma’ruf adalah perbuatan baik yang dilakukan
oleh umat muslim, seperti, bersedekah, beribadah, beramal, dan sebagainya. Sedangkan
al khair mempunyai arti kebaikan. Lebih tepatnya perbuatan baik.
Perbuatan yang selalu mendatangkan berkah dan kesenangan bagi orang yang sedang
membutuhkan dan bertujuan untuk mendapatkan rahmat dan ridla
Allah.[1]
Sementara
kata Ihsān (إحسان ) adalah isim masdar
dari kata يحسن أحسن yang bermakna kebaikan. Sedangkan lawan kata dari ihsān
adalah isa’ah yang berarti keburukan.[2] Kata ihsān dalam al Qur’an tertulis dalam 165 ayat.[3] Ihsān
dalam al Qur’an adalah sebuah perbuatan yang melampaui kebiasaan pada umumnya,
ia dapat berbentuk perilaku ataupun perbuatan. Mengenai hal ini Allah berfirman surat al Isra’ ayat 7 yang berbunyi:
إِنْ
أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ
وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا
الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا
تَتْبِيرًا [١٧:٧][4]
jika kamu
berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS. al Isra’ : 7)
Redaksi ayat ini menunjukkan kecenderungan manusia kepada kebaikan yang diawali
dengan berbuat baik kepada diri sendiri. Hal tersebut juga dijelaskan al Suyuthi
dalam Tafsir al Jalalain, yakni perbuatan baik yang dilakukan akan
berbalik kepada diri sendiri. Begitu juga sebaliknya, perbuatan buruk yang
dikerjakan juga akan berbalik pada diri sendiri.[5]
Al
Qur’an
mengungkapkan perbuatan ihsān dalam berbagai macam bentuk misalnya
dengan menggunakan kata “إحسان ” sebagaimana
terdapat dalam surat an Nahl ayat 90 :
إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ [١٦:٩٠][6]
Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. an Nahl : 90 )
Ayat
ini termasuk ayat yang sangat luas dalam pengertiannya. Dalam suatu
riwayat dari Rasulullah S̩alla Allah 'Alaihy wa Sallam yang dikeluarkan oleh
Bukhari, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Thabrani, dan Baihaqi dari Ibnu Mas’ud menyatakan:
واجمع اية في كتاب الله للخير والشر
الاية التى في النحل ان الله يامر بالعدل والاحسان[7]
Dan
ayat yang paling luas lingkupannya dalam al Qur’an tentang kebaikan dan kejahatan ialah ayat dalam surat
An-Nahl yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada hamba-Nya tiga perkara,
yaitu berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberi sedekah kepada kerabat dan
melarang melakukan tiga perkara yaitu berbuat keji, munkar, dan permusuhan.
Yang dimaksud berbuat kebajikan atau ihsān ini ialah
melakukan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan manfaat bagi orang lain dan
menghindarkan perbuatan-perbuatan yang menimbulkan madharat bagi mereka.
Membalas perbuatan baik orang lain dengan yang lebih baik, memaafkan dan
berbuat baik kepada orang yang berbuat kesalahan termasuk perbuatan ihsān.
Perbuatan ihsān ini merupakan perwujudan dan sikap manusia yang menyadari akan
eksistensinya sebagai makhluk sosial. Hal ini berarti
bahwa manusia disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial
yang senantiasa memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain. Karena itulah,
Allah menyuruh kepada manusia agar mereka menjalin hubungan baik, saling
menghormati, membantu dan berbuat kebajikan, sekaligus melarang melakukan
perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan ke-madharat-an
bagi sesama manusia.
Dalam konteks ini, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa definisi adil
dalam ayat tersebut adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan ihsān menempatkannya
bukan pada tempatnya. Dengan kata lain, ihsān adalah memperlakukan pihak
lain lebih baik dari perlakuannya, atau memperlakukan yang bersalah dengan
perlakuan yang baik. Sikap ihsan dinilai sebagai sesuatu yang melebihi
keadilan. Namun dalam kehidupan bermasyarakat, keadilan lebih utama dari pada kedermawanan
atau ihsān. Pengertian berbuat kebajikan tersebut dibangun dari kutipan
M. Quraish Shihab terhadap pernyataan Ali bin Abī Thālib.[8]
B. Penerapan Ihsān dalam Kehidupan Bermasyarakat
Ihsān dalam penerapannya telah dipaparkan dalam al Qur’an, salah satunya
surat an Nahl ayat 90. Ayat tersebut terdapat perintah untuk ihsān terhadap kerabat terdekat. Hal
ini juga dijelaskan dalam surat an Nisa’
ayat 36.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ
مُخْتَالًا فَخُورًا[9]
Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS. an Nisa’ : 36)
Wahbah al Zuhaily menguraikan secara jelas bahwa ihsān
kepada orang tua meliputi berbuat baik kepada keduanya dan berkhidmat serta
mengikuti permintaan mereka sesuai dengan kemampuan. Termasuk dalam kategori ini adalah bersikap
lemah lembut dalam perangai dan tutur kata terhadap keduanya.[10]
Perintah untuk berbuat kebajikan (ihsān) kepada kedua orang
tua dilandasi beberapa alasan. Di antara alasan dimaksud adalah fakta bahwa
kedua orang tua telah berjasa besar dalam membesarkan dan memelihara anaknya,
sebagaimana difahami dari penjelasan ayat juga dalam dan QS. Luqmān (31) :
14-15;
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ
عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ
إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(15)[11]
dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu. (14) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(15) (QS.
Luqman : 14-15)
Perintah untuk berbuat ihsān kepada kedua orang tua pada dua
ayat terdahulu mengisyaratkan kepada lawan bicara bahwa perbuatan tersebut
adalah sebuah keniscayaan mengingat peran dan penderitaan orang tua dalam
mengasuh anaknya. Latar belakang inilah
yang kemudian menjadi penekanan kepada sang anak untuk berbakti kepada kedua
orang tua mereka.
Tahap selanjutnya, diisyaratkan kepada sang anak untuk
memperhatikan batas-batas ketaatan yang dimaksud dengan informasi bahwa kesemua
itu hanya pada aspek yang tidak mengarah kepada pemusyrikan. Al Qur’an secara
apik mendeskripsikan kepada lawan bicara bahwa ada masa tertentu sang anak akan
berhadapan dengan kondisi dimana ia diminta secara tegas untuk memilih, taat kepada
kedua orang tua pada satu sisi dan tidak memusyrikkan Allah pada sisi lain.
Untuk kondisi yang sedemikian itu, al Qur’an mempertegas bahwa hanyalah kepada
Allah semata ketaatan itu dan tiada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman ayat 14-15.
Meski pada redaksional
ayat, QS. Luqmān: 14-15 dan QS. al Ankabūt mengedapankan perintah berbuat ihsān
kepada kedua orang tua. Kongklusi ini ditarik berdasarkan pengertian bahwa
inti pembicaan pada keseluruhan ayat mengisyaratkan manusia untuk tidak
mempersekutukan Tuhannya dengan dasar apapun, bahkan dalam keadaan lawan bicara
tidak mengetahui dasarnya. Untuk kondisi yang sedemikian itu, al Qur’an
mempertegas bahwa hanyalah kepada Allah semata ketaatan itu dan tiada sekutu
bagi-Nya. Seperti yang dikemukakan oleh al Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya al
Kasyf bahwa ketaatan kepada orang tua terbatasi dengan perintah
mempersekutukan Allah.[12]
Ihsān
juga digambarkan dalam bentukحسنا sebagaimana lanjutan ayat bahwa perbuatan ihsān
yang diarahkan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin harus pula diiringi dengan mengucapkan perkataan baik kepada
manusia.
Dalam
redaksional surat QS. al Ankabūt
ayat 8 menjelaskan bahwa manusia telah diwajibkan untuk berbuat ihsān kepada
kedua orang tua. Perbuatan ini kemudian dibatasi dengan bentuk dispensasi bahwa
taat dan patuh yang dijadikan dasar untuk berbuat ihsān kepada kedua
orang tua tidak dalam hal memperserikatkan Allah dengan lainnya. Keadaan ini
berlaku pada kondisi lawan bicara itu tahu atau tidak. Lengkapnya ayat tersebut
sebagai berikut ;
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا
وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (8)[13]
Dan Kami
wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah
kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. al Ankabut : 8)
C. Balasan Bagi Orang-Orang yang Berbuat Ihsān
Orang
yang senantiasa berbuat ihsān akan mendapat kedekatan bersama Allah, kecintaan dari Allah,
pahala yang berlipat, balasan surga serta kenikmatan melihat wajah Allah.
Balasan yang
akan diterima oleh orang yang senantiasa berbuat ihsān, di antaranya
:
1.
Mendapatkan kedekatan bersama Allah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. An Nahl: 128)
Dalam Tafsir
al Jalalain, al Suyuthi menjelaskan bahwa Allah akan menolong
orang-orang yang takut akan kekafiran dan kemaksiatan dengan pertolongannya.[15]
2.
Mendapatkan kecintaan dari Allah
وَأَنفِقُوا
فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ
وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ [٢:١٩٥][16]
dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Baqarah : 195)
Al Suyuthi
menjelaskan kembali dalam tafsirnya, al Jalalain bahwa Allah akan
memberi pahala kepada orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah.[17]
3.
Mendapatkan surga, pelipat gandaan
amalan, dan melihat wajah Allah.
لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا
الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ
وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ
أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ
هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ [١٠:٢٦][18]
bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula)
kehinaan. mereka Itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya. (QS. Yunus :
26)
III. Kesimpulan
Secara bahasa,
kata ihsān sama artinya dengan kata al khoir, al birr, dan al ma’ruf,
yang kesemuanya itu bermakna kebaikan. Tetapi, ihsān secara istilah
lebih luas dalam pengertiannya. Dalam al Qur’an, kata ihsān disebutkan
ke dalam 165 ayat. Ihsān adalah sebuah perbuatan yang melampaui
kebiasaan pada umumnya, ia dapat berbentuk perilaku ataupun perbuatan. Banyak redaksi ayat-ayat dalam al Qur’an
yang menjelaskan tentang ihsān dan penerapannya dalam kebidupan
bermasyarakat. Salah satu contoh perbuatan ihsān adalah berbuat baik terhadap kedua orang tua yang telah tertulis dalam
al Qur’an surat al Ankabut ayat 8.
Daftar Pustaka
Al Qur’an
Abady, Muhammad
bin Ya’qub Fairuz. Qamus al Muhith. ttp: tnp, tth
Eni, Handi. “Perbedaan
al khoir, al birr, al ma’ruf, dan ihsān”, dalam http://handienioke.blogspot.com, (diakses
pada 16 November 2014)
Fathullah, Ahmad Luthfi. al Qur’an al Hadi 11 Kemudahan
Berinteraksi dengan al Qur’an. Jakarta: Pusat Kajian Hadits, tth.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al Qur’an Tafsir Maudhu’i Atas
Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Pustaka Mizan, 2013.
Suyuthi (al), Jalal
al Din. Tafsir al Jalalain. Surabaya: al Haramain, 2008.
Zamakhsyari (al), Abu al Qasim. al Kasyf. Beirut: Dar al
Kitab al ‘Araby, 1407 H.
Zuhaily (al), Wahbah bin Musthafa. al Tafsir al Munir fi al
‘Akidah wa al Syari’at wa al Manhaj. Damaskus: Dar al Fikr, 1418 H.
[1]Handi Eni, Perbedaan
al khoir, al birr, al ma’ruf, dan ihsān, dalam http://handienioke.blogspot.com, (diakses pada
16 November 2014)
[2] Muhammad bin
Ya’qub Fairuz Abady, Qamus al Muhith, (ttp: tnp, tth), 1: 1535.
[3] Ahmad Luthfi
Fathullah, al Qur’an al Hadi 11 Kemudahan Berinteraksi dengan al Qur’an,
(Jakarta: Pusat Kajian Hadits, tth).
[4] Al Qur’an,
17:7.
[5] Jalal al Din
al Suyuthi, Tafsir al Jalalain, (Surabaya: al Haramain, 2008), 228.
[6] Al Qur’an,
16:90.
[7] Wahbah bin
Musthafa al Zuhaily, al Tafsir al Munir fi al ‘Akidah wa al Syari’at wa al
Manhaj, (Damaskus: Dar al Fikr, 1418 H), 14: 216.
[8] M. Quraish
Shihab, Wawasan al Qur’an Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Pustaka Mizan, 2013), 166.
[9] Al Qur’an,
4:36.
[10] Wahbah bin
Musthafa al Zuhaily, al Tafsir al Munir fi al ‘Akidah wa al Syari’at wa al
Manhaj, 63.
[11] Al Qur’an,
31:14-15.
[12] Abu al Qasim
al Zamakhsyari, al Kasyf, (Beirut: Dar al Kitab al ‘Araby, 1407 H), 191.
[13] Al Qur’an,
29:8.
[14] Al Qur’an,
16:128.
[15] Jalal al Din
al Suyuthi, Tafsir al Jalalain, 226.
[16] Al Qur’an,
2:195.
[17] Jalal al Din
al Suyuthi, Tafsir al Jalalain, 18.
[18] Al Qur’an,
10:26.
Wah bagus sekali,sangat bermanfaat
BalasHapusgan cara instalnya gimna gan
HapusSangaat bermanfaat
Hapusiyh sangat berguna bagi kita semua yg belajar
BalasHapussubhannaullah
BalasHapusSangat bermanfaat uhhh anak tkj fatser tugas pak yusron ke jwb semua
BalasHapusiyh sungguh benar dia kita semua ke bantu
HapusAlhamdulillah Tugas dari bapak yusron kejawab semua
BalasHapusTOPER SEMPAK DIMAS MAMPAK
BalasHapusTugas pak yusron yang gak ngerjain cuma Toper sama Edolim doang
BalasHapusTOPER SAMA RIKARDO GAK NULIS CURANG DIA REPORT AJA NYOLONG BUFF SAYA JUGA
BalasHapusOh gud sangat :v
BalasHapusDimas ngerjain nya sama Faisal, kalo saya sama ikbal
BalasHapusRamaikan
BalasHapusNgikut lahhh��
BalasHapusKarena toper dan Ricardo murid yang tamvan dan menawan
BalasHapusKlo kalian tidak bisa mengerjakan silahkan tanya toper dan Ricardo
BalasHapusBan dimas.. Dia nyolong buff
BalasHapusNgopi lur
BalasHapusYang punya blog orang mana kenalan dong
BalasHapusKo ada lope"nya sih gan :'( saya suka saya sukaaaa
BalasHapusteteh entar klo duitnya keluar minta yah teteh
BalasHapusNgusruka iraa
BalasHapusAhhh
BalasHapusToper dan Ricardo anak tamvan
BalasHapusDeden bau ludah
BalasHapusDimas palanya kotak kayak adudu
BalasHapusIsal giginya berantakan
BalasHapusIqbal mau pulang yah
BalasHapusMba yg punya blog klo mau komentar,komentar aja gk ush malu-malu
BalasHapusWaduuh gimana nih temen saya nya gamau nulis lagu duh
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGausah nulis,biar ujanya berehenti
BalasHapusErsaa bawell tauu
BalasHapusastagfirullahh
BalasHapusaih aih
BalasHapusweeh lu pada dimna??
BalasHapusmba minta no hpnya dong addsense nya bagi2 yaaa
BalasHapusbuat mbak nya yang punya blog, nama saya Deden G Bastian, saya orang cilegon status saya jomblo .. narang kali mbak nya minat
BalasHapusmbaa lope2nya buat aku yaaaa 😍😍😍
BalasHapusbarang* Typo mbak wk
BalasHapuspakyu sayang
BalasHapusastagfirullah
BalasHapuskaget, masaaa
BalasHapus